Sabtu, 30 Maret 2013

Keseimbangan Alam

Bismillaahi r-Rahmaani r-Rahiim.
Suasana sore hari yang mendung. Suhu yang mendingin di temaramnya sinar mentari yang berangsur undur diri. Angin pun semakin giat walaupun sesekali dengan malas menyapaku yang terduduk di loteng. Sebuah perubahan di alam ini yang sebelumnya berlimpahkan panas dan berangsur-angsur dingin menggerakkan sebentuk energi lain yang mengimbangi berkurangnya panas untuk menjaga energi kehidupan yang telah diciptakan seimbang.

Teringat potongan ayat Al-Qur'an surat Ar Rahman, bahwa langit ditegakkan dan ditetapkan lah keseimbangan. Sebuah keseimbangan di langit yang juga mempengaruhi apa yang ada di bumi. Memang Allah swt menciptakan segala sesuatunya dengan ukuran yang saling menyeimbangkan dan Dia lah yang menyangga keseimbangan tersebut pada sebab yang paling sebab. Kejadian di langit bisa menyebabkan kehidupan ataupun kematian bagi yang ada di bumi, bi'idznillah (seizin Allah swt). Air hujan dalam kadar yang cukup bisa membawa kehidupan yang menyegarkan bagi penduduk bumi tetapi akan sangat membinasakan bila berlebihan. Banjir bandang, tanah longsor adalah sebuah kejadian yang wajar bila memang tidak ada keseimbangan di bumi yang menjaga kedudukan-kedudukan tanah. Apakah di bumi memang tidak seimbang pada awalnya? Tidak, karena bumi pun dihamparkan untuk para makhluk, semisal tumbuhan yang berakar tunggang ataupun berakar serabut untuk menjaga kedudukannya yang diperkuat dengan gunung-gunung yang mengokohkannya. Keseimbangan yang ada di langit dan bumi, itu lah sesuatu yang fitrah di alam ini. Kalaupun ada yang mencari-cari kehidupan yang berkelanjutan (sustainable life) itulah fitrah alam ini.

Sustainable life atau kehidupan yang berkelanjutan adalah fitrah alam ini, yang bisa kita lihat dengan mudah di langit dan di bumi dan apa yang ada diantaranya. Manusia lah yang seharusnya menjadi penjaga di dunia ini tidak bertindak semestinya sehingga berlaku kerusakan-kerusakan baik pada dirinya sendiri, orang lain maupun pada lingkungan termpat tinggalnya. Padahal karunia untuk berpikir dan berdaya upaya dibandingkan makhluk yang lain hanyalah pada manusia. Melihat banyak bencana-bencana alam, apakah bisa tidak dikaitkan dengan daya upaya manusia? Bencana-bencana manusia sudah pasti tidak bisa dilepaskan dari hasil daya upaya manusia itu sendiri.
Walaupun kehidupan memang sudah ditakdirkan untuk berakhir, tetapi apakah pantas untuk setiap manusia sebagai khalifatul fil 'ardhi (pemimpin di muka bumi) yang dikaruniai segenap kemampuan, bertingkah laku yang merusak keseimbangan itu. Sudah diingatkan oleh Sang Khalik agar jangan merusak keseimbangan itu tetapi kebanyakan manusia terperdaya nafsu untuk merusaknya dan juga merusak fitrah dirinya.

Semoga dengan karunia yang kita terima, kita bisa berdaya upaya untuk menjaga fitrah-fitrah yang ada dari Sang Penciptanya. Sehingga pada akhirnya kita tidak kehilangan diri dan tempat kembali. Semoga sedikit angan-angan tentang sebagian Ar-Rahman ini tidak salah. Wallahu a'lam.

sumber : http://dewapur.wordpress.com/2013/03/30/keseimbangan-alam/

0 comments: