Rabu, 04 Januari 2012

Berenang di Sungai Gangga

Tadi siang kutemukan sebuah artikel1 menarik berjudul 'Maqam orang menangis' yang menunjukkan tingkatan dalam menangis. Begitu kubaca judulnya, teringat ucapan kawanku sekitar 4-5 tahun lalu. Bagaikan berenang di sungai Gangga, itulah istilah yang digunakannya untuk menyebut sedang menangis. Kalo ga salah ingat dia menghubungkannya dengan perkara penyucian, mungkin menyucikan dari dosa mengingat keutamaan dari menangis itu sendiri.


Dalam Islam, menangis bukanlah hal yang memalukan atau menjijikkan melainkan sesuatu yang dianjurkan seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an :
Dan mereka bersujud sambil menangis dan bertambahlah atas mereka perasaan khusyu' (Al - Isro' : 109)
Apakah karena keterangan ini kamu merasa heran, lalu tertawa dan tidak menangis? (An - Najm : 59-60)
... apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis (Maryam : 58)
Selain itu juga tersebut dalam beberapa hadits yang menunjukkan keutamaan dalam menangis seperti yang tersebut di salah satu pustaka2.
Dari artikel yang kubaca tangisan dibagi menjadi beberapa derajat seperti yang dikutip dibawah.
1. Menangis karena malu, seperti tangisan nabi Adam as.
2. Menangis karena kesalahan, seperti tangisan nabi Dawud as.
3. Menangis karena takut, seperti tangisan nabi Yahya as.
4. Menangis karena kehilangan seperti nabi Ya'qub as.
5. Menangis karena kharisma Ilahi seperti tangisan seluruh Nabi as, yaitu dalam firmanNya (Maryam 58)
6. Menangis karena rindu dan cinta, seperti tangisan nabi Syu'aib as
Nabi Syu’aib as,  ketika beliau menangis sampai matanya buta, kemudian Allah Swt, mengembalikan menjadi sembuh, lalu beliau menangis lagi hingga buta kembali sampai tiga kali. Lalu Allah Swt, memberikan wahyu kepadanya: “Wahai Syu’aib, bila tangisanmu karena engkau takut neraka, Aku sudah benar-benar mengamankan dirimu dari neraka. Dan jika tangismu karena syurga, Aku telah mewajibkan dirimu syurga.”
“Tidak Ya Tuhan, namun aku menangis karena rindu ingin memandangmu…” kata Nabi Syu’aib as.
Kemudian Allah Swt, menurunkan wahyu kepadanya, ”Sungguh wahai Syu’aib! Sangat benar orang yang menghendakiKu, menangis dari dalam rindu kepadaKu. Untuk penyakit ini tidak ada obatnya, kecuali bertemu denganKu.”
Setelah membaca uraian di atas, saya sendiri tidak ingin sembarangan menangis (nangis kok milih-milih?). Sebaiknya menangis untuk menuntun diri di jalan yang diridhoiNya. Wallohu a'lam.
Pustaka :
1. Maqam orang menangis, Majalah Cahaya Sufi No. 75, 2011
2. Menangis adalah sunnah dalam Islam, www.tengkuzulkarnain.net, 29 Oktober 2009

0 comments: