Rabu, 10 Agustus 2011

Langkah Pada Setiap Ide

Segala sesuatu yang serba terlalu memang tidak baik. Bahkan yang halal pun jadi haram. Bukankah sang Teladan juga menganjurkan untuk memilih jalan tengah, sesuatu yang cukup yang tidak kekurangan atau pun kelebihan?

Pencarian ide-ide pun sebaiknya juga tidak berlebihan, jika tidak mampu untuk mendapatkan hanya satu buatlah dua saja atau tiga setidaknya itu bisa menyibukkan pikiran untuk memikirkan lebih mendalam masing-masing ide yang telah didapatkan. Wah bercanda ya? Untuk mendapatkan satu saja bisa sampai jungkir balik, lha kok dua atau tiga ide. Tidaklah sulit jika kita membiarkan pikiran kita bekerja tanpa dibatasi. InsyaAlloh mendapatkan sejuta ide untuk satu permasalahan. Baru kemudian buah-buah pikiran tersebut disaring dengan kenyataan yang ada. Mudah bukan? hehehe.

Tentunya ide-ide yang telah didapatkan adalah akibat dari adanya sebuah pergerakan dari titik awal atau kondisi awal menuju sebuah tujuan yang hendak dicapai/diraih. Oleh karena itu keberhasilan tiap ide belum dapat diketahui dengan pasti kecuali dengan melangkah menjalankan ide-ide tersebut. Mendalami setiap ide adalah cara untuk mengetahui keberhasilan ide tersebut. Melangkahlah dengan pasti dan fokus. Selain menghindarkan dari terpeleset, tergelincir dan kawan-kawannya, jawaban akan keberhasilan ide tersebut akan semakin tampak. Semakin jauh melangkah akan semakin tampak kebenaran dari ide tersebut. "Shinjitsu wa itsumo hitotsu!" yang sering diucapkan Conan alias Shinichi dalam serial Detective Conan berarti kebenaran hanyalah satu. Ya, ide tersebut berhasil atau tidak, akan semakin ketahuan dalam setiap langkah. Jika memang gagal mencapai tujuan, tidak perlu malu untuk kembali ke titik awal dimana ide-ide terkumpul dan melaksanakan ide lain yang insyaAlloh menjadi jalan tercapainya sebuah tujuan.

Cerita di atas mengingatkan pada sebuah memori ketika mendaki sebuah bukit di malam gelap sendirian hanya ditemani bulan dan rasi-rasi bintang. Detil ceritanya bisa dilihat di sini ya. Pada perjalanan tersebut, melangkah hanya berdasarkan jejak-jejak kaki atau bekas rumput terinjak yang terlihat oleh lampu senter. DI suatu tempat, jejak-jejak tersebut terpecah dua. Yang manakah yang akan sampai ke puncak, yang lurus ataukah yang belok masuk ke hutan? Sementara puncak pun tidak terlihat. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya diteruskan langkah mengikuti jejak yang terus lurus. Mengikuti jejak yang lurus itu, sampailah pada sebuah tanjakan yang lebih gelap dan akhirnya jejak kaki sudah tidak terlihat lagi. Kemudian diputuskan untuk kembali ke persimpangan tadi dan mengikuti jejak yang berbelok menuju hutan. Ternyata jalur yang menuju hutan itulah yang menuntunku sampai ke puncak.

0 comments: